Paparan Morfin Dosis Letal pada Bangkai Tikus terhadap Pertumbuhan Larva Sarcophaga Sp.

Authors

  • Dicky Faizal I
  • Aswin Djoko B
  • Bambang Sidharta

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2011.026.04.9

Abstract

Dalam mengidentifikasi jenazah yang tidak terdeteksi, peran post mortem interval (PMI) sangat penting untuk memperkirakan waktu kematian dengan menentukan umur larva lalat yang terdapat pada jenazah. Umur larva lalat sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, makanan, kelembapan, intensitas cahaya, dan kontaminan. Kontaminan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan larva lalat adalah narkotika. Keberadaan bahan narkotika mampu mengacaukan estimasi waktu kematian hingga 29 jam. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan media dua bangkai tikus tanpa paparan morfin dan dengan paparan morfin dosis letal. Kedua media tumbuh ini dimasukkan kandang dengan lalat Sarcophaga Sp. Dilakukan pengamatan setiap 24 jam mulai dari larva lalat stadium satu sampai lalat dewasa. Dari setiap media tumbuh diambil lima larva secara acak setiap hari, direndam dalam air panas sampai mati. Selama penelitian dilakukan penentuan stadium larva berdasarkan panjangnya dan jumlah slit pada posterior spirakelnya. Hasil menunjukkan pada media tumbuh yang dipapar morfin dosis letal menunjukkan hasil pertumbuhan larva baik panjang maupun berat lebih tinggi secara signifikan dibandingkan pertumbuhan larva pada media tumbuh yang tidak dipapar morfin dosis letal dengan durasi pencapaian stadium lebih cepat. Perbedaan panjang larva dan durasi pencapaian stadium mulai tampak setelah larva stadium satu.
Kata Kunci: Entomologi forensik, morfin dosis letal, Sarcophaga Sp.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Gill GJ. Decomposition And Arthropod Succession On Above Ground Pig Carrion In Rural Manitoba. [Disertasi]. University of Manitoba, Manitoba. 2005.

Rahman P, Baskoro AD, Prastowo W. Pengaruh Amitriptyline Dosis Lethal pada Bangkai Tikus Rattus Norvegicus Strain Wistar terhadap Perkembangan Larva Musca Sp. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2010; 26 (2) : 96-100.

HallM and Brandt A. Forensic Entomology. (Online) 2006. http://www.scienceinschool.org /2006/issue2/forensic.

SatriyoD. Permasalahan Narkoba di Indonesia dan Penanggulangannya. (Online) 2003. http:// www.solusihukum.com/news/arsip/narkoba.pdf [diakses 30 Nopember 2007].

Goff ML. Estimation of the Postmortem Interval Using Arthropoda Development and Successional Patterns. Forensic Science Review. 1993; 5:81-94

Anderson GS. The Use of Insects in Death Investigations: An Analysis of Forensic Entomology Cases in British Columbia Over a Five Year Period. Canadian Society of Forensic Sciences. 1995; 28(4): 277-292.

Wyss C, Chaubert S, and Cherix D. Case Study-Determining Post Mortem Interval with Four Blowfly Species (Diptera; Calliphoridae): The Importance of Cross Assessment. Proceeding of the European Association for Forensic Entomology Conference. London, March, 29-30, 2003; p. 28.

Ramsland K. The Body Farm: Tenesse Anthropology Research Facility. (Online) 2000. http:// www.crimelibrary.com/criminal_mind/forensics/time/2.html.

Capinera JL. Encyclopedia of Entomology. 4th volume. New York: Springer; 2008; p. 25-27.

Ware GW and Whitacre DM. An Introduction to Insecticides. 4th edition. Ohio: MeisterPro Information Resources; 2004.

Cheeta S, Schifano F, Oyefeso A, Webb L, and Ghodse AH. Antidepressant-Related Deaths and Antidepressant Prescriptions in England and Wales, 1998–2000. The British Journal of Psychiatry. 2004;184: 41-47.

Rahman P, Baskoro AD, dan Prastowo W. Pengaruh Amitriptyline Dosis Lethal pada Bangkai Tikus Rattus Norvegicus strain Wistar terhadap Pertumbuhan Larva Musca Sp. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2010; 26(2): 96-100.

Downloads

Issue

Section

Research Article